Selasa, 17 Januari 2017

Shringking Plastic a.k.a Plastik yang Menyusut

Beberapa waktu lalu saya mengikuti lomba desain perhiasan bertema daur ulang yang diselenggarakan oleh www.koleksikikie.com. Bahan baku daur ulang yang saya pakai waktu itu adalah kotak mika bekas makanan.

Kotak mika bekas makanan yang saya pakai terbuat dari Polystyren. Polystyren adalah salah satu jenis plastik yang berkarakter keras dan kaku. Keunikan dari polystyren adalah ia dapat menyusut jika dipanaskan. Kita dapat mengenali benda-benda berbahan polystyren dari kode jenis plastik yang biasanya berada di bagian bawah benda tersebut. Kode untuk polystyren adalah angka 6. 
Selain kotak mika bekas makanan, polystyren juga banyak dijumpai dalam bentuk styrofoam. Untuk proyek shrinking plastic ini, tidak disarankan untuk menggunakan styrofoam ya. Karena saat dipanaskan, styrofoam akan mengeluarkan gas beracun yang tidak baik untuk kesehatan. (bisa dibaca di http://businessbarbados.com/trending/green-business/the-dangers-of-polystyrene/ )

Awal dari ide membuat perhiasan dari Shrinking Plastic ini adalah saat saya melihat video di youtube tentang Shrinky Dink. Shrinky Dink adalah merk plastik film (yang juga terbuat dari polystyren) yang dapat menyusut jika dipanaskan dalam oven atau dipanaskan menggunakan heat gun. Shrinky Dink ini berbentuk plastik lembaran yang bisa digambar atau ditulis. Shrinky Dink yang sudah menyusut bisa dijadikan charm gelang, liontin, anting, ataupun gantungan kunci.
contoh kotak mika makanan (gambar diambil dari Google)
(ini salah satu videonya https://www.youtube.com/watch?v=92jO7HfqFM8)

Menurut beberapa video yang saya tonton, di luar negeri Shrinky Dink banyak dijual di toko stationery ataupun toko bahan craft. Namun, saya kurang tau kalau di Indonesia dimana tempat membeli Shrinky Dink ini. Di kota tempat saya tinggal, saya belum berhasil menemukan Shrinky Dink ini. Belanja online-pun tidak ada suppliernya di Indonesia.

Nah, versi hemat dari Shrinky Dink adalah menggunakan kotak mika bekas yang berkode 6.

Untuk desain perhiasan, kotak mika bekas saya potong-potong menyerupai bentuk bunga lalu saya warnai menggunakan permanent marker (bisa juga menggunakan cat akrilik). Kemudian saya panggang di dalam oven dengan suhu 130 derajat Celcius. Di dalam oven, plastik-plastik tersebut akan menyusut (shrinking). Ukuran awalnya berdiameter sekitar 7 cm, saat sudah menyusut diameternya berkurang menjadi sekitar 2 cm. 

Saat masih panas, plastik mika ini masih lunak. Nah, pada saat inilah plastik-plastik tersebut bisa sedikit kita bentuk. Untuk desain perhiasan yang saya buat, saya membuat bagian tengah bunga plastik saya agak mencekung dengan cara ditekan menggunakan bagian belakang pensil.




Setelah proses pemanggangan selesai, barulah kemudian bunga-bunga plastik tersebut saya rangkai menggunakan kawat perhiasan, manik-manik, dan mutiara air tawar.

Sabtu, 14 Januari 2017

Membuat Jamu Kunyit Bubuk Sendiri

Belakangan ini, saya sering berkutat di dunia jejamuan, khususnya jamu kunyit.

Maag suami yang lebih sering kambuh ditambah nyeri tamu bulanan membuat saya harus memutar otak untuk mencari penyembuhan alternatif agar kami tidak sering-sering mengkonsumsi obat kimia. Jamu kunyit adalah salah satu alternatif yang kami pilih.

Penampakan tangan kalau sudah berurusan dengan kunyit
Untuk membuatnya, biasanya saya akan mengupas 3 buah kunyit seukuran telunjuk kemudian diblender dengan sedikit air masak. Blenderan kunyit tersebut lantas saya saring dengan kain bersih. Selanjutnya, rasanya tinggal disesuaikan dengan selera. Untuk obat maag suami, biasanya saya tambahkan madu, sejumput garam, dan sedikit air jeruk nipis. Suami biasanya tidak suka rasa kunyit yang terlalu pekat, maka dari itu saya biasanya menambahkan air lagi.

Ini kunyit yang sudah siap minum. Jika disimpan di kulkas, bisa tahan sampai 3 hari

Sedangkan untuk obat nyeri datang bulan, saya lebih suka kunyitnya diiris tipis atau dicincang, kemudian direbus dengan air dan sedikit asam jawa. Untuk pemanisnya, Saya lebih memilih menggunakan madu daripada gula. Biar pas, saya tambahkan juga sedikit garam.

.........
Minggu depan, suami akan berangkat tugas pemeriksaan ke Toba Samosir selama satu bulan lebih. Tentu saja saya khawatir kalau maagnya tetiba kumat di sana. Memang sih, obat maag komersil pasti banyak dijual di sana. Tapi, menurut saya obat-obatan itu hanya menyembuhkan sementara, sedangkan Si Jamu Kunyit lebih bisa diandalkan untuk treatment rutin.

Awalnya saya putuskan untuk membelikan suami kunyit bubuk di swalayan dekat kantor, plus jeruk lemon, dan madu. Tapi, setelah percobaan pertama membuat jamu dari kunyit bubuk ini, rasanya jauh dari harapan. Entahlah, aroma kunyitnya terasa tidak natural dan rasanyapun aneh sekali. Saya saja tidak suka, apalagi suami. 
.....

Saya teringat, saat SMP dulu, saya punya teman namanya Johannes yang ibunya punya kedai jamu buatan sendiri. Saya dan ibu saya juga lumayan sering beli jamu di kedai tersebut. Mama Johannes yang akrab disapa Cicik (panggilan untuk wanita TiongHoa) ini meracik jamu langsung di hadapan para pembeli. Di meja kerjanya sudah tersedia toples-toples besar berisi kunyit bubuk, temulawak bubuk, dan beberapa jamu bubuk lainnya. 

Cicik ini tidak sembarangan dalam meracik jamu. Ia juga menguasai ilmu pengobatan tradisional. Seringkali para pembeli datang tanpa tahu jamu apa yang sebaiknya ia minum. Maka Cicik akan menanyakan keluhan kesehatan yang diderita para pembeli, mirip seperti dokter sedang mendiagnosa suatu penyakit. Nah, setelah itu barulah ia meracik jamu yang cocok untuk mengobati si pasien...eh si pembeli.

Seringkali, saya melihat Cicik menjemur banyak sekali kunyit di halaman rumahnya. Pernah juga saya bertemu dengannya di Tukang Seleb membawa beberapa plastik berisi kunyit dan temulawak kering. 

Tukang Seleb adalah sebutan untuk penjual jasa Seleb. Seleb adalah nama mesin untuk mengubah hampir apapun menjadi bubuk, seperti kopi, beras, temasuk juga kunyit dan temulawak kering punya Cicik.
.....

Berbekal memori tentang Jamu Mama Johannes tersebut, saya memutuskan untuk membuat sendiri jamu kunyit bubuk untuk dibawa suami ke Toba Samosir. 

Pertama-tama, saya cuci bersih sekitar 200 gram kunyit segar. Saya sikat kulitnya agar tanah pada kulit kunyit bersih seluruhnya (karena nantinya kunyit kunyit ini tidak saya kupas). Selanjutnya, kunyit saya cincang kasar menggunakan mincer. Mencincang dengan mincer menurut saya lebih efektif daripada memotong tipis tipis.

Awalnya, setelah dicincang, kunyit saya ratakan di atas nampan, lalu dijemur di bawah terik matahari. Tapi, rupanya cuaca tidak mendukung. Berhubung mendung, kunyit-kunyit saya tidak kunjung kering.

Solusinya, saya harus mengeringkan kunyit menggunakan oven. Oven saya atur pada suhu 130℃, waktunya saya atur 60 menit, panas atas bawah. Saat "menjemur" menggunakan oven, biarkan tutupnya agak terbuka.

Rupanya, tidak perlu waktu 60 menit untuk membuat kunyit-kunyit saya kering. Cuma sekitar 25 sampai 30 menit saja.

Tahap selanjutnya, kunyit saya haluskan menggunakan grinder, kemudian di ayak, yang masih kasar dihaluskan lagi, ayak lagi, begitu seterusnya sampai tidak ada lagi serbuk kunyit yang masih kasar.

Terakhir, tentunya mengetes rasa. Kunyit bubuk homemade saya seduh dengan air hangat, ditambah madu, lemon, dan garam. Kata Pak Suami, kunyit bubuk yang ini rasanya jauh lebih enak daripada yang dibeli di swalayan.

Hasil kunyit bubuk buatan sendiri
Alhamdulillah, yang homemade dan alami memang selalu lebih baik. ^___^

Sebagai catatan, saya juga pernah melihat proses pembuatan jamu kunyit serbuk yang dibuat dari sari kunyit (yang sudah dipisahkan dengan ampasnya), lalu dimasak menggunakan baanyak sekali gula. Campuran ini dimasak sambil terus diaduk-diaduk (yang saya lihat, memasaknya menggunakan wajan besar).

Semakin lama diaduk, cairan sari kunyit akan semakin menyusut, sedangkan gulanya terkaramelisasi dan kembali mengkristal. Kristal-kristal gula ini tidak lagi hanya berasa manis, tapi juga sudah mengandung rasa kunyit.

Nah, gula rasa kunyit ini kemudian dihaluskan lagi hingga menjadi bubuk.
....

Kunyit bubuk juga bisa dijadikan lulur lho. Kunyit bubuk ini sebaiknya dicampur dengan tambahan bahan lainnya seperti tepung beras dan/atau temu giring bubuk. Penggunaan kunyit bubuknya juga jangan terlalu banyak, alih-alih dapat kulit kuning langsat sehabis luluran, yang ada malah dapat kulit kuning ngejreng! Hehe. Untuk pemakaiannya, lulur kunyit ini bisa dicampur dengan  air dan bila suka bisa ditambahkan dengan essential oil.

Selamat mencoba!

Kamis, 27 Februari 2014

Galau Obgyn ---> Galau BPJS --->Galau Lahiran



Hari ini genap sudah kehamilan saya menginjak usia 5 bulan. Semalam sudah kontrol pula ke dokter kandungan yang sudah ke-3 kalinya saya ganti. Yaa begiculah, sampe sekarang saya masih galau milih obgyn.
Prinsip saya, selama ada obgyn wanita, saya memprioritaskan untuk periksa kandungan ke mereka. Di Lombok ini saya sudah “nyoba” 2 dari 3 obgyn wanita. Sayangnya, keduanya menurut saya belum bikin sreg. Obgyn yang pertama galak dan mudah nge-judge, sedangkan yang satunya peragu, mungkin karena masih muda dan belum pengalaman punya anak sendiri. Dokter satunya lagi susah ditemui karena jadwalnya yang nggak match dengan jam kerja saya.
Maka,  saya pun memutuskan untuk mencoba berkonsultasi ke dokter pria. Suami selalu menemani setiap ke obgyn. Selama si dokter pria tidak memeriksa dengan metode trans-vaginal, suami mengizinkan. Tapi ternyata ke dokter inipun belum merasa sreg juga :D :D.
Kenapa nggak ke bidan aja? Kalau saya pribadi masih merasa belum bisa sepenuhnya percaya pada bidan. Terlebih bidan di tempat tinggal saya saat ini. Jangankan bidan delima, bidan biasa saja jarang ditemui. Terlebih lagi, untuk kehamilan kedua ini saya ingin melihat peluang saya untuk lahiran normal (karena kelahiran pertama cesar). Untuk itu, saya merasa perlu konsultasi ke dokter obgyn yang menurut saya lebih mampu mendiagnosa segala kemungkinan.
Belum lagi masalah pilah-pilih obgyn selesai, muncul lagi permasalahan baru. Sejak 1 Januari 2014, PT ASKES yang menaungi asuransi kesehatan pe en es macam saya ini berubah nama menjadi BPJS Kesehatan. Tapi rupanya, yang berubah tidak hanya nama, namun juga mekanisme pelayanannya. Kalau dulu PT ASKES bisa me-reimburst biaya yang kita keluarkan di Rumah Sakit/Klinik/Unit Kesehatan lainnya  yang bukan rekanannya, kini sudah tidak bisa lagi. BPJS hanya menerima klaim dari pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang menjadi rekanannya saja. Dan dalam hal ini, yang menjadi RS Rekanan BPJS kebanyakan adalah rumah sakit plat merah (RS Pemerintah seperti RSUD) yang you know lah pelayanannya kayak gimana.
Padahal, saat baru ketahuan hamil pun saya sudah merencanakan untuk melahirkan di suatu RS Swasta yang (menurut saya) lumayan bagus dan profesional di kota tempat tinggal saya. Rumah Sakit ini tidak hanya punya obgyn-obgyn yang terpercaya, tapi juga pelayanan (mulai dari suster sampai cleaning service) yang ramah dan peduli. Pun juga karena ada program konseling laktasi yang oke punya.
Pulang ke rumah orang tua dan lahiran di sana tidak menjadi pilihan untuk saya. Secara, kami terpisah dua pulau dengan orang tua. Apalagi, ketentuan penerbangan sekarang menjadi lebih ketat untuk penumpang-penumpang yang tengah hamil besar. Dan tentunya saya juga tidak akan diizinkan cuti bersalin terlalu dini oleh instansi kerja saya. Belum lagi masih harus boyongan lagi bawa bayi baru lahir kembali ke perantauan. No Hope!
Oleh karena itu, pilihan yang saya punya hanyalah mulai kontrol ke obgyn di Rumah Sakit Pemerintah dan sekalian melahirkan di sana.
Sungguh menyesakkan sebenarnya ketika tau bahwa pelayanan poliklinik Rumah Sakit Pemerintah tersebut sudah tutup jam 14.00. Dan makin illfeel waktu saya telpon untuk menanyakan jadwal praktek obgyn, bagian informasinya malah tanya balik ke saya “obgyn itu apa ya, Mbak?” Duuuh...
Okelah, saat ini saya sedang cooling down. Nggak mau mikir yang susah-susah. Bumil kan harus bahagia, hehe. Lagipula kehamilan saya baru 5 bulan, masih ada banyak kemungkinan di depan sana.
Siapa tau dalam perjalanan kehamilan, saya akhirnya nemu obgyn yang pas di hati. Siapa tau BPJS yang baru berdiri itu manajemennya semakin baik, dan cakupan Rumah Sakit rekanannya juga lebih luas. Termasuk rumah sakit swasta yang jadi incaran saya, hehe. Amiin.
Yuk ah. Cukup sekian curhatnya. Balik kerja lagi ^^.

Kamis, 26 September 2013

Cable Knit Purse



Saat awal awal belajar Knitting, saya sudah keder kalau melihat gambar produk rajutan yang menggunakan teknik cable stitch. Rasanya...bakal lama nih bisa menguasai teknik tersebut.
Tapi, daripada hanya dibayangin, mending dicoba saja. Alhasil saya memutuskan untuk langsung membuat cable knit bag yang polanya saya ikuti dari sini : http://www.aikarin.com/fiber/knitting/cablepurse.html.
Lama pengerjaan plus males-malesannya kurang lebih 2 bulan. Sebenarnya ga perlu selama itu sih, tapi sayanya aja yang ga konsisten, hehe. Untuk yang sudah expert, sepertinya 3 harian saja sudah selesai.
Namanya juga newbie, hasil rajutan saya terbilang masih berantakan. Lihat deh, lapisan cable-nya tidak sama ketebalan dan kerapatannya.
Ini penampakan hasil rajutan sebelum blocking, pemasangan puring, dan pemasangan handle:

Nah, setelah dipasangi handle, hasilnya jadi seperti ini :

Berdasarkan pengalaman, penyebab hasil cable yang tidak rapih adalah jumlah row dan stitch yang tidak konsisten satu sama lain. Lain kali saya mau membuat yang lebih rapi, ah...

Kamis, 01 Agustus 2013

Home Made Marshmallow




Siapa yang tidak kenal permen gabus yang satu ini? Rasanya manis dan teksturnya kenyal lembut. Belum lagi kalau dibakar dulu sebelum dimakan. Permukaannya menjadi agak keras dengan rasa smokey-smokey gitu, sedangkan bagian dalamnya yang meleleh langsung lumer di mulut. Hmm....Enyak...enyak....enyak....
Marshmallow yang banyak dijual di pasaran adalah permen yang berbahan dasar gelatin. Gelatin adalah zat pembuat gel yang berasal dari kolagen. Kolagen dalam gelatin ini didapat dari tulang atau kulit binatang, bisa dari ikan, sapi, atau babi.
Naah, disinilah titik kritis kehalalan Marshmallow. Sejauh ini, gelatin ikan adalah gelatin yang paling jarang dipakai, karena harganya muuahal. Jadi saya sih tidak yakin Marshmallow-marshmallow itu pakai gelatin ikan. Jika gelatin dalam marshmallow berasal dari babi, maka sudah jelas bahwa marshmallow tersebut tidak halal. Tapi, jika gelatinnya berasal dari sapi, belum tentu halal juga. Karena kehalalan sapi bukan hanya karena hewannya dihalalkan, tapi juga cara pemotongannya. Nah lho..!
Oleh karena itu, bagi kita yang Muslim, harus, kudu, dan wajib concern terhadap kehalalan makanan, termasuk Marshmallow. Kalau ingin membeli Marshmallow, jangan lupa cek logo halalnya. Negara-negara di luar Indonesia juga punya lembaga sertifikasi halal kok, seperti JAKIM Malaysia atau IDDP Filipina. Pokoknya, jika Marshmallow tidak mempunyai logo halal dari negara manapun, jangan dibeli apalagi dimakan ^^.
Tapi, jangan putus harapan untuk makan Marshmallow kalau sudah ngubek-ubek seluruh toko namun gagal nemu Marshmallow halal. Kita bisa bikin sendiri kok. Dengan bahan-bahan yang halal tentunya.
Untuk mendapat gelatin sapi yang halal, saya nanya ke Mbah Google, adakah di dunia ini yang menjual gelatin sapi dengan sertifikat halal. Alhamdulillah ternyata ada yang jual, dari negeri sendiri. Bagi yang berminat, silakan search di akun facebook-nya masing-masing namanya Raja Yoghurt. Beliau online seller gelatin bersertifikat halal dan juga yoghurt.
Bagi yang ingin coba membuat marshmallow sendiri, berikut resepnya :
Bahan :
11 gr gelatin (kurleb 2-3 sdm)
1 cup corn syrup
1,5 cup gula pasir
75 ml Air (untuk melarutkan gelatin)
120 ml air (untuk dijadikan adonan gula)
Vanila extract atau perasa lainnya
Pewarna jika suka
Campuran gula halus dan tepung maizena untuk taburan marshmallow agar tidak lengket.

Cara membuat :
1.       Di satu panci, tuangkan 75 ml air dan taburkan di atasnya gelatin, sedikit demi sedikit. Diamkan kurang lebih 5 menit. Campuran gelatin akan menjadi agar-agar. Jika sudah seperti itu, hangatkan lagi hingga mencair.
2.       Di panci lainnya, campur corn syrup, gula pasir, dan 120 ml air. Aduk hingga larut, lalu panaskan di atas kompor. Masak sampai mendidih, terus masak hingga adonan mencapai suhu 115’C. Suhu bisa dicek menggunakan termometer permen, jika tidak ada, cukup ditunggu beberapa menit setelah mendidih, sampai adonannya berbuih banyak.
3.       Campurkan larutan gula dan larutan gelatin dalam wadah tahan panas. Mikser sampai adonan berwarna putih tapi belum terlalu kental, tambahkan pewarna dan perasa yang anda suka.
4.       Lanjutkan me-mikser hingga adonan berwarna putih, kental, dan lengket. Kira-kira 20 menit.
5.       Siapkan loyang, tutup semua permukaan loyang dengan aluminium foil. Oles seluruh lapisan aluminium foil dengan mentega, lalu taburkan campuran gula halus dan tepung maizena hingga menutupi seluruh bagian loyang.
6.       Tuang adonan marshmallow, ratakan. Taburi permukaannya dengan bahan taburan agak tebal.
7.       Diamkan di suhu ruang semalaman. Setelah didiamkan semalaman marshmallow bisa dipotong dengan pisau atau cookie cutter. Jangan lupa celupkan pisau/cutter dengan air dingin terlebih dahulu, agar tidak lengket.
8.       Lapisi setiap sisi permukaan marshmallow dengan bahan taburan.
9.       Marshmallow siap dihidangkan atau disimpan di toples kedap udara.
Alhamdulillah, rasa marshmallow homemade tidak kalah dengan marshmallow buatan pabrik. Selamat mencoba semua ^^.

Rabu, 31 Juli 2013

Crochet Mermaid Tears Bag




Tas rajut ini saya buat dengan teknik crocodile stitch. Awalnya saya pikir teknik ini lumayan ribet. Makanya udah dari lama tau tapi belum ada niat untuk membuat. Tapi, setelah iseng-iseng memulai, ternyata enjoy juga.
Pola dan teknik pembuatan tas ini bisa didownload dengan mudah di youtube. Menurut saya cukup mudah untuk diikuti.
Tas ini saya buat selama kurang lebih 7 hari. Selamat mencoba......^_^